Wednesday, November 7, 2007

Apakah bedanya Ilmu dan Ngelmu itu?

"Ngelmu" tidak dapat begitu saja diterjemahkan dengan "ilmu". karena ngelmu mengandung sesuatu arti "ajaran rahasia (esoteris)" untuk pegangan hidup (agama ageming aji/hurip). Ngelmu dicapai dengan laku "yaitu laku batin" atau jalan rohani. jalan rohani dalam bahasa tasawuf disebut tarekat atau oleh Lao-tse disebut tao. Adapun ikhtiar dan segala usaha dengan menempuh perjalanan batin tersebut disebut "suluk". Sedangkan suluk adalah tasawuf di Nusantara/jawa atau lebih tepatnya kita sebut mistisisme Jawa.

Karena itu apa yang disebut ngelmu adalah pengetahuan yang bersifat batiniah atau rohaniah. Dalam bahasa tasawuf, ngelmu batiniah disebut juga dengan istilah ma'rifat. Hamka menulis bahwa : "Ma'rifat artinya ujung perjalanan dari ilmu pengetahuan".

Karena itu tepat sekali apa yang ditulis dalam Wedatama. Yang mengatakan "pucunging mring makrifat" (Sinom 18). Ngelum iku, kalakone kanthi laku (Pucung 1). jadi yang dimaksudkan dengan ngelmu dalam pupuh pucung bait 1 tersebut, tidak dapat lain kecuali dalam kontak dan arti "pucung atau ujung pengetahuan yaitu makrifat" atau ngelmu sejati (the real knowledge of God) atau esoterisme. Sedangkan yang dimaksud dengan kata laku adalah batiniah, atau dapat juga disebut tarekat atau suluk atau spiritual path atau spiritual journey. Orang yang berusaha mencari ngelmu dengan melalui suluk disebut salik atau mistikus. Adapun sarana untuk mencapai tujuan suluk lebih banyak menggunakan rasa daripada rasio. Dan orang yang ahli ngelmu suluk atau ahli tasawuf disebut sufi atau mistikus.

Para sufi membedakan tiga macam organ komunikasi rohani, yaitu hati (qalb) yang digunakan untuk mengenal Tuhan; jiwa (ruh) yang dipergunakan untuk mencintai-Nya. Dan yang paling dalam dalah rasa (sirr) yang berkontemplasi untuk "melihat Tuhan". Pembahasan mengenai saling hubungannya ketiga istilah itu akan menarik dan menghanyutkan kita. Adapun qalbu, walaupun berkaitan dengan hati fisik, namun bukan daging dan bukan pula darah. Dalam pengertian Barat "hati" lebih bersifat intelektual daripada emosional. Dengan intelek atau akal, manusia tidak dapat memahami benar akan Tuhan, dan hakekat segala sesuatu. baru terlatih dan diterangi oleh iman pengetahuan dan diridhoi oleh-Nya maka akan tercerminlah seluruh "Jiwa Ilahi".

Jadi orang yang berusaha mencapai ngelmu makrifat atau kasampurnan lebih banyak menggunakan rasa daripada rasio. Sedangkan orang yang ingin mencapai ilmu pengetahuan lebih banyak menggunakan rasio; bahkan rasa sama sekali ditinggalkan. Pendek kata harus ilmiah.

Ilmu sejati ada juga yang menyatakan sebagai esoterisme. kejawen atau filsafat Jawa. Ngelmu sejati atau makrifat menurut Al Ghazali bukan didapat semata-mata dengan akal. Ilmu yang sejati atau makrifat yang sebenalnya adalah mengenal Tuhan. Mengenal lebih daripada sekedar mengerti. Orang Jawa menamakan ngelmu tersebut dengan nama sastrajendra yang terdiri dari kata: sastra = knowledge, jane = real, narendra = God. Jadi sastrajendra berarti The Real Knowledge of God.

Adapun ciri-ciri "ngelmu, esoterisme, mistisisme atau filsafat Jawa adalah :
1. Filsafat Nusantara pada umumnya dan filsafat Jawa pada khususnya atau ngelmu itu bukan merupakan aktivitas otak, melainkan kehidupan rohani dalam usahanya mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang "arti kehidupan" atau tentang "hakekat segala sesuatu yang ada dan mungkin ada" yaitu:
a. mencari keterangan tentang asal mula pertama dan tujuan akhir kehidupan manusia (sangkan praning dumadi)
b. mengenal Tuhan
c. Hubungan antara manusia, Tuhan dan Dunia.

2. Filsafat Jawa meupakan sarana untuk mempertinggi tingkat rohani, agar dapat meraih nilai-nilai "super moral"(kautaman), dan meraih sesuatu yang ada dibalik dunia yang tampak, sehingga manusia dapat mencapai kesempurnaan (nggayuh kasampuran)

3. Filsafat Jawa merupakan saran dan jalan rohani (laku bangsaning batin) menuju kelepasan. Bahkan merupakan satu-satunya "jalan" untuk dapat mencapai tujuan akhir hidupnya, yaitu dapat berada dekat di hadirat Ilahi dan bersatu dengan yang Ilahi (celak coloking Hyang Widhi, momor pamoring Sawujud)

4. Filsafat Jawa berbentu ungkapan-ungkapan renungan-renungan filsafati. bersifat pendek, sepotong-sepotong berbentuk kiasan,lambang, hubungan satu dengan yang lain sering kurang serasi dan belum dihimpun menjadi satu sistem yang bulat dan utuh.

5. Renungan-renungan filsafati tersebut di atas terdapat dalam bentuk suluk. uraian tersebut di atas apabila dirumuskan dengan kata yang pendek berarti bahwa : "Filsafat Jawa atau ngelmu adalah ajaran-ajaran tentang perjalanan rohani menuju Tuhan untuk mencapai kesempurnaan dan dapat manunggal.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka tampak nyata sekali adanya perbedaan yang sangat menyolok antara ilmu dan ngelmu.

Perbedaan tersebut terutama terletak pada sarana untuk mencari kebenaran dan tujuan akhirnya. kalau menuntut ilmu atau berfilsafat selalu harus menggunakan akal budi atau rasio sebagai kegiatan ilmiah. Sedangkan nggayuh ngelmu menggunakan "rasa atau jalan rohani" dalam mencapai kesempurnaan, mengenal dan bersatu dengan Tuhan sebagai tujuan akhirnya.

No comments: