Thursday, November 8, 2007

Dewin Gendari profil istri yang ikut membutakan suaminya

Prabu Suwala adalah seorang Raja di Negeri Gendara. Ia sedang prihatin, karena anak gadis tunggalnya (Dewi Gendari) akan dikawinkan dengan Destarastra, putra Raja negeri Astina, yang notabene buta sejak lahir. Semula ia menolak, namun apa mau dikata, "jodoh, pati dan mulia" bukan urusan manusia. Lalu siapakah yang menentukan? Semuanya ditentukan oleh takdir. Ada pepatah: Asam di gunung, garam di lautan bertemu di belanga. Maka tak ada pilihan lain bagi Gendari kecuali menuruti kehendak ayahnya. Dan sebagai rasa solider, maka ia menutup kedua belah matanya dengan kain hitam sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi melihat terangnya matahari. "Apa tumon?" Wah, memang hebat wanita jaman wayang...

Pertanyaannya sekarang ialah : Apakah ia melambangkan seorang istri yang setia atau lambang seorang istri yang ikut "membuta" dengan kebutaan suami. Silakan mengikuti dulu ceritanya. Pendek kata di Astina diselenggarakan pesta perkawinan Destarastra. Beberapa bulan kemudian, Dewi Gendari kelihatan sering muntah-muntah, dan selalu minta disediakan buah-buahan yang serba masam rasanya. Boleh dikatakan, bahwa hampir tiap hari ia makan rujak. Dia selalu merasakan serba salah dan marah melulu. Para dayangnya selalu menjadi korban dampratannya.

Dasar anak Raja dan mantu Raja, manjanya gak ketulungan. Setelah tiba saatnya hendak melahirkan, gegerlah para pini sepuh Astina, karena tiba-tiba hujan turun sangat lebatnya dengan diiringi geledek yang menyambar-nyambar, sedang gajah-gajah & anjing hutan mengeluarkan suara-suara lolongan yang mengerikan sepanjang malam.

Pendek kata malam itu sangat menyeramkan membuat bulu kuduk berdiri. Apalagi dibarengi dengan suara burung hantu sepanjang malam.

Memang benar ketika sang bayi lahir, bukannya ia menangis tapi malahan mengaum, laksana serigala di tengah hutan. Suara tersebut benar-benar menakutkan. laksana lahar dingin Gunung Semeru di bawah air. Orang panik dan penghuni seluruh kita lari tunggang-langgang mencari selamat. Mereka mengira ada banjir bandang yang melanda di negeri Astina.

Sedang Destarastra yang tidak dapat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, segera merangkul Yamawidura sambil berkata :
"Oh adinda Yamawidura, pertanda apakah kelahiran jabang bayi yang dibarengi dengan suara-suara yang menyeramkan ini?"
"Duh kakanda, jawab Yamawidura. Suara yang mengerikan ini tidak lain adalah suatu pertanda, bahwa jaman edan sudah datang. Oleh karena itu seyogianya segumpal daging ini dihanyutkan saja ke sungai. Sebab daging inilah yang kelak akan membawa bencana besar."

Anjuran Yamawidura ditolak mentah-mentah oleh Dewi Gendari dan Destarastra, bahkan ia berkata :
"jangan, biarlah ia terus hidup, malahan itulah yang kuharapkan besok dapat menjadi manusia yang mampu naik tahta di kerajaan Astina".

Bayi yang semula berupa gumpalan daging bercampur darah tersebut, kemudian menjadi dua potong. Sepotong daging berubah menjadi bayi yang rupawan bernama Duryudana, sedangkan sepotong daging lainnya pecah menjadi 99 bagian.

Demikian kisah terjadinya Kurawa yang lahir dari rahim Dewi gendari.

No comments: